Kamis, 25 Oktober 2007

POCONG 3: My Review

From: Haris <shookysonic>
Date: 23 Oct 2007 18:14

Walaupun 'Pocong' (2006) karya Rudi Sudjarwo tidak mendapat izin untuk diedarkan secara luas, namun tidak menghalangi sekuel-instannya, 'Pocong 2' (2006) untuk merajai box-office saat peredarannya. Kini, tidak sampai setahun kemudian, telah muncul 'Pocong 3'. Kali ini Rudi Sudjarwo tidak langsung turun tangan, melainkan menyerahkan kepada Monty Tiwa yang sebelumnya menulis skenario untuk dua film pertamanya. Film ini sendiri merupakan kali kedua Monty jadi pengarah film setelah 'Maaf, Saya Menghamili Istri Anda' (2007).

'Pocong 3' nyaris tidak mempunyai hubungan dengan dua film sebelumnya terkecuali sekelumit benang merah tentang legenda Pocong tersebut. Putri (Francine Roosenda) adalah seorang DJ di klub Vendetta pimpinan Michelle (Elmayana Sabrenia) yang galak. Suatu hari ia menerima kabar jika ayahnya yang telah lama meninggalkan dirinya telah tiada. Walau kaget, namun Putri tidak dapat menyembunyikan rasa kecewa terhadap sang ayah. Sepeninggal ayahnya, Putri malah sering diperlihatkan sosok Pocong. Lantas ia menemui Laksmi (Rina Hassim), adik ayahnya, yang dianggap dapat menjelaskan apa yang terjadi pada dirinya. Sementara itu, ternyata ada sosok lain, selain Pocong, yang juga menghantui Putri.

Jujur saja, setelah menyaksikan film ini, saya malah jadi berharap jika sebaiknya Rudi saja yang turun tangan langsung, karena terbukti, Monty ternyata kurang lihai mewujudkan isi skenarionya sendiri. Konyol adalah kata yang melintas dibenak saya setelah keluar dari gedung bioskop. Entah mengapa, film ini malah terlihat seperti film komedi bagi saya, karena Monty rasanya kali ini terlalu banyak bermain-main dalam ranah komedi dalam balutan cerita yang semestinya horor ini. Entahlah, mungkin ia masih terbawa-bawa oleh atmosfir 'Maaf, Saya Menghamili Istri Anda' saat mengerjakan skrip film ini atau malah memang dikerjakan secara back-to-back dengan film tersebut!

Monty terlalu menekankan pada banyak pola basi dari genre ini daripada membangun atmosfir pada cerita. Apalagi ia terasa kurang intens dalam membangun keseraman cerita. Belum lagi dengan banyaknya 'kelucuan-kelucuan' yang mungkin dianggap Monty keren (hantu perempuan yang minta rokok sambil mengelaborasi konsep gentayangan!) dan film yang diakhiri dengan ending yang anti-klimaks, semakin menambah rasa konyol tadi. Belum lagi penampilan sosok Pocong dan hantu bernama "Merah"( sic) yang terlalu jenerik jika tidak mau dikatakan amatiran.

Secara teknis, bujet yang kurang memadai terasa sekali membatasi produksi film, sehingga mempunyai banyak kekurangannya, seperti dari segi audio dimana Monty sepertinya hanya mampu memakai jasa tenaga penata suara kelas amatiran, yang mengakibatkan kualitas audio di film ini terasa buruk sekali dibeberapa bagian.

'Pocong 3' beruntung didukung oleh pendatang baru yang berbakat seperti Francine Roosenda. Ia dengan kapabilitas yang sangat lumayan, mampu untuk menghidupkan karakter Putri. Elmayana Sabrenia rasanya cukup tipikal dengan peran juteknya, namun terasa pas. Begitu juga dengan Darius. Hanya saja Gery Iskak yang rasanya act like he came out from nowhere. Penampilan aktris baheula Rina Hassim menambah kesan creepy dari film.

Sebenarnya Monty tidak jelek-jelek sekali dalam menggarap film ini, hanya saja ia kurang jelas dalam membatasi paradigma horor yang diinginkannya. Penggunaan warna-warna terang juga sangat membantu dalam membangun mood film, untuk membedakan dengan film sebelumnya yang memakai tone pucat atau gelap dalam film horor lainnya. Hanya saja kemudian sangat disayangkan jika film malah terasa clueless.

======================================
This is a dungeon of delightful:
======================================

Tidak ada komentar: