Kamis, 25 Oktober 2007

Alex Komang : Long Road to PARFI ...?!

Senioritas itu hanya ada di militer. Di film, tidak ada istilah senior
atau junior. Yang ada hanya seniman tua atau seniman muda. Itu saja...

Sosoknya sudah tidak asing lagi di kancah perfilman. Begitu juga
dengan kontribusi pemikiran dan karya-karyanya terhadap perkembangan
lahirnya sineas-sineas muda di Indonesia, harus diacungi jempol.
Tapi..., kenapa seorang Bapak yang suka berpenampilan apa adanya, dan
kadang terbiasa berbicara blak-blakan di depan media itu ahir-ahir ini
terlihat gelisah? Ada apa dengan Alex Komang? Simak penuturannya
kepada Reporter Indosinema di sela-sela take shot program "Dunia
Sinema Kirana" Astro TV, di Gedung Citra Graha, Jakarta.

Kayaknya sudah satu tahun jadi Pengurus Parfi. Bagaimana menurut kaca
mata Mas mengenai Parfi?

Parfi baik-baik saja. Mungkin hanya perlu lebih fokus. Seperti apapun
pengembangan sebuah organisasi, pasti ada yang mulus atau tidak. Ada
pasang surutnya. Dan saya rasa, hal itu sudah biasa.

Maksudnya lebih fokus?

Membesarkan organisasi bukan mutlak hanya pada bentuk organisasi itu
sendiri. Tapi cenderung berguna untuk semua anggotanya. Dan yang lebih
penting, bermanfaat kepada masyarakat.

Ketika kampanye tahun lalu, Jenni Rachman mengumbar janji kalau
terpilih menjadi ketua, dia akan menjadikan Parfi tidak lagi sebagai
organisasi yang sudah ditinggalkan oleh para sineas-sineas muda.

Jadi begini. Soal statement Mbak Jenny, langsung tanya saja ke dia.
(tertawa)

Mas sebagai timnya di Parfi?

Bagi saya, kenapa harus ada dikotomi tua dan muda. Di film, tidak ada
istilah senior atau junior. Yang ada hanya seniman tua atau seniman
muda. Senioritas itu hanya ada di militer saja.

Parfi lebih banyak bergerak di bidang amal. Apakah ini sebagai bukti
tidak fokusnya Parfi terhadap dunia perfilman?

Saya rasa, siapapun bisa melakukan hal ini. Tidak harus Parfi ataupun
organisasi yang lain. (diam. mengingat-ingat sesuatu) Selain bergerak
di bidang amal, kebetulan saya dan teman-teman juga pernah langsung
ikut terlibat dan melakukan pelantikan anggota baru ke daerah-daerah.
Di samping mengadakan pelatihan akting, organisasi, dan beberapa
perlombaan.

Bagaimana rasanya ketika dulu menjadi anggota Parfi, tapi sekarang
menjadi Pengurus Parfi?

Jangan ikut di Parfi jika tidak ada gunanya. (berbicara yakin. tegas)
Tapi ikutlah di organisasi ini karena ada manfaatnya. Dulu ikut Parfi
bukan kemauan saya. Karena dulu ada semacam regulasi bahwa semua
pemain film harus bergabung di parfi. Mungkin kepentingannya tidak
ada. (diam) Pemaksaan....

Sekarang jadi Pengurus bukan pemaksaan?

Jujur secara positioning, saya mau. Dan kebetulan saya punya waktu
untuk itu. (diam. seperti ragu mau berbicara) Mungkin jika suatu saat
saya repot, secara legowo saya harus menyerahkan jabatan ini ke orang
lain. (tersenyum ringan)

Secara subyektif. Kekurangan Parfi sebagai organisasi?

Pasti ada kekurangan. Kekurangan keluarga, lebih baik diomongin
sendiri di dapur. (tertawa. diselingi bercanda) ngomong-ngomong dapur,
kamu puasa nggak?

Dengar-dengar dari sumber terpercaya, katanya Mas Alex mau
mengundurkan diri?

Dalam sebuah perjalanan, yang dikawatirkan orang adalah waktu untuk
berbakti. Untuk mengabdi. Orang itu kadang nafsunya besar, tapi
tenaganya kurang. Karena keterbatasan ini, saya berfikir untuk
menyerahkan jabatan ini kepada teman-teman yang lebih punya banyak
waktu untuk ke situ (baca : Parfi).

Kira-kira tanggal mengundurkan diri kapan?

Saya sudah mengajukan, (diam. tersenyum. seperti sengaja membuat
penasaran) tapi belum dijawab sampai sekarang. (tersenyum lagi)

Oke deh. Semoga urusannya cepat selesai ya, Mas. Terima kasih sudah
meluangkan waktunya.

Oke sama-sama. Terima kasih juga.

Sumber : ( http://www.indosinema.com/interview/common/102)

Tidak ada komentar: