Rabu, 31 Oktober 2007

LEGENDA SUNDEL BOLONG: My Review

Sungguh "luar biasa"! Dalam dua minggu berturut-turut Hanung Bramantyo merilis dua filmnya, setelah seminggu sebelumnya ada 'Get Married', maka diberikutnya hadir 'Legenda Sundel Bolong'. Saya kurang tahu ini mengindikasikan apa, over-kreatif atau kejar setoran?


'Legenda Sundel Bolong' adalah karya horor kedua dari Hanung, setelah 'Lentera Merah' (2006). Sama halnya dengan film tersebut, maka kali ini film horor ini pun berunsur politis. Hanya saja kali ini Hanung mengambil seting di era 60-an disebuah perkebunan, yang mana pada saat itu situasi di masyarakat memang tengah mengalami pergolakan, terutama konflik antara kaum buruh tani, tuan tanah serta alim ulama.

Dikisahkan Sarpa (Baim, BadWolves) baru menikah dengan seorang mantan ronggeng bernama Imah (Jian Batari Anwar, KM 14). Untuk mengubah nasib, ia memutuskan untuk bekerja di perkebunan milik Danapati (Tio Pakusadewo, Berbagi Suami). Sayangnya, Danapati ini bukan karakter yang charming. Selain terkenal sebagai tuan tanah yang tyrant ia ternyata suka menyiksa perempuan. Bisa ditebak, Imah pun menjadi sasaran Danapati berikutnya! Dengan megirim Sarpa ke Sumatera untuk sementara waktu, ia menjebak Imah dan menyekap Imah dirumahnya. Imah kemudian tewas menggenaskan di tangan kaki tangan Danapati, karena berusaha melarikan diri.

Sepeninggal Imah, sosok perempuan dengan punggung yang bolong, mulai meneror dan membunuh beberapa orang dikampung. Dengan tewasnya beberapa orang penduduk kampung, maka situasi kampung mulai gerah. Belum lagi kaum buruh yang berkeinginan menentang Danaspati. Sementara itu Sarpa kembali dari Sumatera dan bertemu dengan Imah dirumahnya. Namun, kebahagian mereka hanya berumur jagung, karena tanpa sepengetahuan Sarpa, sesuatu yang jahat mengancam kehidupan mereka!

Dengan memakai judul yang diembeli kata 'Legenda', tentu saja film akan mengelaborasi asal-muasal hantu Sundel Bolong tersebut. Memang sebelumnya sudah ada film yang memakai judul Sundel Bolong sebelumnya yang dibintangi oleh Suzzana. Namun, film ini sama sekali tidak ada hubungan dengan film tersebut. Bisa dikatakan 'Legenda Sundel Bolong' adalah re-boot dari film tersebut. Dan untuk itu, Hanung bahkan memakai beberapa adegan khas film horor tahun 80-an, mungkin saja sebagai homage.

Dengan desain opening yang menampilkan potongan-potongan koran ditahun 60-an, film ini seakan menegaskan akan menggambarkan situasi pelik di era tersebut sebagai latar belakang kisah horornya. Namun, setelah menyimak filmnya secara keseluruhan, kok rasanya hal tersebut hanya tempelan belaka. Hanung seperti terjebak antara mau bercerita tentang situasi sosial politik masyarakat pada saat itu dan antara film horor yang murni komersil. Rasanya keduanya seperti tidak saling mendukung dan malah berjalan sendiri-sendiri. Hal ini didukung dengan salah satu adegan di ending yang rasanya cukup absurd, 'perang' antara buruh tani dengan kaum agamis yang diwakili kalangan pesantren, yang mana rasanya dieksekusi dengan terlalu tergesa-gesa, sehingga malah terkesan came-out-from-nowhere .

Dari segi horornya, rasanya Hanung memang kurang berbakat dalam menggali adegan-adegan seram. Atmosfir kengerian kurang terbangun dan beberapa adegan malah terasa konyol dan menggelikan, entah disengaja atau tidak! Walau begitu, Hanung beruntung didukung oleh Faozan Rizal sebagai D.O.P-nya. 'Legenda Sundel Bolong' menampilkan gambar-gambar yang terkesan elegan dan indah, walaupung berseting diperkampungan. Penggambaran hutannya dengan aura mistis pun terasa lumayan berhasil. WSementara itu, dari aspek drama, rasanya Hanung memang terlihat semakin matang. Film bertutur dengan cukup lancar dan gampang dicerna, sehingga kita tidak merasa kebosanan.

Hal positif lainnya adalah akting Jian Batari Anwar yang sangat aspiratif dalam memerankan karakternya. Dan tentu saja Tio Pakusadewo. Rasanya ia memang 'raja'-nya untuk peran-peran 'sakit' seperti ini. Sedangkan Baim, walau tidak luar biasa, namun untuk pendatang baru, ia bermain dengan cukup baik.

Akhirnya, 'Legenda Sundel Bolong' memang horor yang 'cantik', namun ambiguitas dalam ceritanya justru menjebak menjadi ketidakjelasan arah cerita sebenarnya. Walau begitu, memang film ini masih sangat lumayan dibandingkan beberapa film horor yang beredar akhir-akhir ini.

======================================
This is a dungeon of delightful :
======================================

Tidak ada komentar: